Islam sangat menghargai ilmu. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman dan berilmu. (QS. Al-Mujadalah: 11).
Tidaklah sama antara orang-orang yang berilmu dan yang tidak berilmu, dan hanya orang-orang berakal yang bisa mengambil pelajaran. (QS. Az-Zumar: 9).
Banyak pula hadits-hadits Nabi yang mendorong muslim untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu sama dengan meretas jalan menuju syurga. Keutamaan seorang alim dari seorang ahli ibadah adalah laksana keutamaan bulan di malam Lailatul Qadr dengan bintang-bintang lain. Sahabat Ali ra. berkata bahwa ilmu lebih baik dari harta karena ilmu adalah penjaga sedangkan harta itu dijaga. Ilmu adalah penguasa sedangkan harta adalah yang dikuasai. Ilmu akan selalu hidup sepanjang masa meski pemiliknya telah mati.
Tidaklah sama antara orang-orang yang berilmu dan yang tidak berilmu, dan hanya orang-orang berakal yang bisa mengambil pelajaran. (QS. Az-Zumar: 9).
Banyak pula hadits-hadits Nabi yang mendorong muslim untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu sama dengan meretas jalan menuju syurga. Keutamaan seorang alim dari seorang ahli ibadah adalah laksana keutamaan bulan di malam Lailatul Qadr dengan bintang-bintang lain. Sahabat Ali ra. berkata bahwa ilmu lebih baik dari harta karena ilmu adalah penjaga sedangkan harta itu dijaga. Ilmu adalah penguasa sedangkan harta adalah yang dikuasai. Ilmu akan selalu hidup sepanjang masa meski pemiliknya telah mati.
Islam menempatkan wahyu sebagai asas keilmuan dan peradaban. Wahyu tersebut adalah Al-Quran dan Hadits. Keduanya merupakan wahyu dari Allah Ta’ala yang final dan relevan di setiap zaman dan budaya yang berisi konsep-konsep seminal yang kemudian dijelaskan, ditafsirkan dan dikembangkan menjadi berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang membentuk worldview (pandangan alam). Tidak ada sisi kehidupan intelektual muslim, kehidupan keagamaan dan politik, bahkan kehidupan sehari-hari seorang Muslim yang tidak tersentuh oleh Al-Quran dan Hadits.
Maka dengan ini dapat dikatakan bahwa ilmu dalam Islam bersumber dari asas yang benar iaitu Al-Quran dan Hadits. Tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Kebenaran yang datang dari Al-Quran dan Hadits bertahan dan akan terus bertahan karena Allah-lah yang menjamin keelokannya. Para ulama salaf menafsirkan dan menjelaskan dalam Al-Quran dan Hadits secara tekstual dan kontekstual pada nash-nash muhkamat, dan menyerahkan maksud kepada Allah Ta’ala pada nash-nash mutasyabihat.
Maka dengan ini dapat dikatakan bahwa ilmu dalam Islam bersumber dari asas yang benar iaitu Al-Quran dan Hadits. Tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Kebenaran yang datang dari Al-Quran dan Hadits bertahan dan akan terus bertahan karena Allah-lah yang menjamin keelokannya. Para ulama salaf menafsirkan dan menjelaskan dalam Al-Quran dan Hadits secara tekstual dan kontekstual pada nash-nash muhkamat, dan menyerahkan maksud kepada Allah Ta’ala pada nash-nash mutasyabihat.
Ilmu dalam Islam merupakan perpaduan antara iman (akidah) dan ilmu. Tidak terjadi percanggahan di dalamnya. Ilmu dalam Islam tidaklah sekuler seperti pendapat Nurcholis Madjid karena Islam tidak terpisah dari hubungan terhadap alam sekitar, tidak terpisah dari hubungan terhadap pemerintahan dan tidak menerima relativitas nilai.
Selain pentingnya ilmu, tradisi keilmuan Islam juga dipadukan dengan amal sebagai buah dari ilmu. Islam tidak hanya menjadi bahan kajian semata melainkan yang lebih penting adalah bagaimana ilmu yang benar ini mendorong manusia untuk mengamalkannya. Ilmu bagaikan pohon yang mestinya tidak sempurna manfaatnya tanpa buah berupa amal.
Para ulama kita patut menjadi teladan dalam memadukan antara ilmu dan amal. Imam Syafi’i hafal Al Quran saat berumur 6 tahun dan kitab Muwaththa’ Imam Malik pada usia 10 tahun. Namun, beliau juga seorang ahli ibadah dan berakhlak mulia. Beliau mengkhatamkan Al Quran sebanyak 60 kali dalam shalat di bulan Ramadlan. Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Suyuthi, al-Sakhawi dan ulama besar lainnya menyisihkan lebih dari 15 jam perhari untuk membaca dan menulis. Imam Bukhari menulis kitab Shahih-nya selama 16 tahun dan selalu shalat dua raka’at setiap kali menulis satu hadits.
KETERANGAN :
Maksud Ilmu ialah untuk mengetahui setiap perintah Allah SWT dan larangan Allah setiap masa dan keadaan. Dengan Ilmu, kita dapat mengetahui yang mana yang Halal dan yang mana Haram. Dengan Ilmu, kita dapat mengetahui yang mana yang Sunat dan yang mana Makruh.
Tidurnya seorang yang berilmu ditakuti syaitan lebih dari 1000 orang abid (ahli ibadah ) tanpa ilmu. Orang yang keluar menuntut ilmu sama juga dengan orang yang berada dijalan Allah sehingga ia kembali. Syaitan amat takut kepada orang berilmu kerana sekiranya orang Jahil ditegur oleh orang berilmu tentang perkara agama Ia akan terbakar dan syaitan itu akan gagal menyesatkan orang itu lagi.
Para malaikat sentiasa bersama dengan orang yang menuntut ilmu pengetahuan kerana redha perbuatan tersebut. Semua makhluk yang berada di langit, di bumi, dan di dalam air sentiasa memohon keampunan daripada Allah SWT untuk orang yang sedang menuntut ilmu. Para Nabi dan Rasul tidak meninggalkan harta pusaka walau sedikit pun kecuali ilmu pengetahuan. Barang siapa yang bersusah payah untuk menuntut ilmu, maka Allah swt akan memberi kemudahan jalan untuknya menuju syurga.
Daripada Anas RA katanya: Sabda Nabi Muhammad SAW: "Sesiapa yang keluar untuk menuntut ilmu bererti ia berjuang pada jalan Allah SWT sehinggalah ia kembali.
Ilmu terbagi dua (2) Ilmu Masail dan Ilmu Fadail.
Ilmu Masail ialah ilmu muskhil(masalah) kita dalam beramal supaya amalan kita diterima oleh Allah swt. Kita kena belajar dengan Ulama-ulama, ustaz mursyid guru-guru Agama dan sebagainya yang mengamal Ilmu yang di ajar, bukan pandai cakap, tegur orang tapi dia sendiri pun tak buat.
Ilmu Fadail pula, kita belajar melalui kitab Fadhail Amal, ataupun muntakab Hadith. Hendaklah kita dakwahkan ilmu ini kepada saudara kita di seluruh alam. Hendaklah kita berdoa agar Allah SWT masukkan hakikat ilmu ini didalam hati kita dan hati Ummat Rasullullah seluruh alam.
No comments:
Post a Comment